Adu kuat antara orang tua dan anak terjadi saat orang tua merasa harus selalu bersikap tegas terhadap anak, sementara anak justru menentang dan menolak perintah mereka. Entah bagaimana semakin keras orang tua mendisiplinkan, semakin kuat anak menolak untuk menaati. Akibatnya, perilaku anak semakin menyulitkan, disertai dengan hubungan orang tua dan anak yang semakin buruk.
Kalau Anda merasa mengalami kehidupan parenting demikian dengan anak, artinya Anda dan anak Anda sudah berada dalam situasi adu kuat. Anda merasa anak makin sulit diatur, dan makin tidak peduli dengan perkataan Anda. Kalaupun ada pembicaraan, maka tidak butuh waktu lama untuk mulai konflik. Kedua pihak bersuara makin kencang dan biasanya diakhiri dengan ancaman, makian, atau tidak jarang pula tindakan fisik. Entah Anda yang memukul anak atau anak menghancurkan barang.
Parahnya lagi, situasi ini tidak selesai begitu saja. Sebaliknya, ia akan berulang dan semakin lama semakin buruk. Anda jadi kehilangan akal harus bagaimana mendidik anak. Anda bahkan tidak tahu harus mulai dari mana untuk mengubah kondisi ini.
Anda sudah mencoba mulai dari memberitahukan baik-baik, berbicara pelan, membujuk, menegur, hingga membentak dan mengancam. Sepertinya sia-sia, karena anak tetap tidak mau bertindak seperti yang Anda harapkan. Anda bahkan juga sudah memuji dan mengiming-iminginya dengan berbagai hadiah. Tetap saja anak menolak melakukan instruksi.
Well, ada 2 hal yang kemungkinan besar belum Anda miliki di dalam kehidupan parenting Anda.
Struktur membuat anak mampu disiplin. Pengaruh membuat anak mau disiplin.
Buku ini mengajarkan Anda bagaimana membangun kedua hal tersebut di dalam kehidupan parenting Anda.
Beberapa hal yang akan Anda pelajari di dalam buku ini di antaranya adalah:
Buku ini menjabarkan banyak teknik melatih anak, disusun dalam 10 prinsip dasar yang memudahkan Anda untuk memahami alasan di balik teknik-teknik tersebut. Dengan demikian, Anda akan mampu untuk melakukan modifikasi berdasarkan kondisi keluarga Anda tanpa mengurangi efektifitasnya. Karena Anda sudah mengerti prinsipnya.
Buku ini ditulis oleh Willy B. Winata, seorang psikolog SDM dan praktisi parenting yang sudah membantu banyak pasangan dan keluarga berkaitan dengan masalah-masalah pernikahan dan parenting. Dasar pemikirannya tetap berlandaskan pengetahuan dan teori psikologi, namun pendekatannya tetap membumi dan aplikatif. Anda akan menemukan bahwa semua teknik di dalam buku ini ditulis dengan mendetil agar dapat diterapkan dengan benar. Itulah gaya penulisan dari buku ini.
Buku ini adalah buku digital yang bisa diakses melalui smartphone Anda di platform ini kapanpun dan di manapun.
Buku ini bisa diperoleh berdasarkan sistem donasi. Buku ini kalau dicetak tebalnya bisa sekitar 300 halaman, sehingga biaya produksinya akan cukup tinggi. Jadi kami berusaha supaya tidak ada biaya produksi dan ongkos kirim yang dapat membebani Anda. Buku digital akan membuatnya jauh lebih terjangkau hanya dengan donasi.
Selain itu, buku digital memungkinkan Anda untuk membacanya di mana saja. Biasanya kita lebih suka membawa smartphone kemana-mana daripada buku fisik.
Caranya mudah sekali. Ikuti proses pembelian seperti biasa, namun pada saat signup, buatlah akun dengan menggunakan email dari orang tersebut. Lalu lakukan pembayaran dengan memasukkan email yang sama.
Bila orang tersebut sudah memiliki akun sebelumnya, Anda bisa langsung ke halaman donasi, dan melakukan transfer. Masukkan email orang tersebut pada saat pembayaran.
Untuk memahami perilaku anak secara utuh, gunakan akronim KPR: Kondisi, Perilaku, Respons. Perilaku anak (P) selalu dipengaruhi oleh kondisi sebelumnya (K) dan akan menghasilkan respons (R) yang mempengaruhi apakah perilaku tersebut akan diulangi atau tidak.
Orang tua perlu membuat rencana pembentukan perilaku dengan memahami dan menentukan perilaku spesifik (P) yang ingin dipengaruhi, kondisi yang berkaitan (K), dan respons yang sesuai (R).
Fokus pada perilaku negatif daripada perilaku positif bisa menjadi masalah. Meskipun penting untuk mengoreksi perilaku yang salah, anak juga perlu tahu perilaku yang benar.
Setiap kali mengoreksi perilaku negatif anak, tentukan juga perilaku positif yang diharapkan. Ini memungkinkan penerapan prinsip KPR pada kedua jenis perilaku secara bersamaan.
Pembentukan perilaku anak yang efektif dimulai dengan mendefinisikan perilaku spesifik yang diinginkan. Perilaku yang spesifik harus jelas dan jernih, memudahkan evaluasi dan pemahaman. Ini membantu orang tua untuk memberikan arahan yang tepat dan anak untuk memahami apa yang diharapkan.
Beberapa perilaku kompleks memerlukan penguasaan bertahap dari komponen perilaku yang lebih sederhana sebelum anak bisa menguasainya sepenuhnya. Shaping memungkinkan anak mendapatkan respons positif pada setiap tahap, yang membantu memperkuat perilaku dan memberikan motivasi.
Melatih perilaku anak melibatkan pengaturan kondisi yang memudahkan anak mengadopsi perilaku. Semakin sulit perilaku tersebut, semakin penting pengaturan kondisi.
Situasi sangat mempengaruhi perilaku anak. Mengatur situasi yang mendukung akan memudahkan anak mengadopsi perilaku yang diharapkan, sementara mengubah situasi yang memudahkan perilaku negatif akan mengurangi kemungkinan perilaku tersebut terjadi.
Aba-aba adalah dorongan langsung dan spesifik terhadap perilaku yang diharapkan, berbeda dengan perintah yang biasanya untuk kepentingan pemberi perintah. Penting untuk memberi aba-aba secara jernih dan menggunakan lebih dari satu bentuk untuk memastikan anak mengerti dan mengikuti instruksi.
Aba-aba perlu dibuat sesingkat mungkin, hanya mencakup informasi yang dibutuhkan untuk bertindak. Aba-aba bukan nasihat atau petuah yang perlu dihayati, tetapi instruksi langsung untuk diikuti.
Menambahkan bentuk aba-aba selain instruksi verbal dapat meningkatkan peluang anak untuk mengikuti instruksi. Dengan menambah bentuk aba-aba, orang tua memberikan dukungan lebih konkret kepada anak.
Mengantisipasi beberapa hal dalam proses memberikan aba-aba dapat mengurangi hambatan saat melatih perilaku anak. Mengantisipasi hal-hal ini akan memastikan aba-aba lebih efektif dan membantu dalam proses pembentukan perilaku anak.
Mengoptimalkan kondisi sesuai prinsip KPR akan meningkatkan kemungkinan anak menunjukkan perilaku yang diharapkan. Aturlah situasi yang mendukung dan berikan aba-aba yang efektif. Atur situasi sesuai dengan kondisi keluarga dan target perilaku anak untuk meningkatkan efektivitas pembentukan perilaku.
Mengenali kondisi yang mempengaruhi perilaku anak itu seperti memecahkan puzzle. Penting untuk tidak tergesa-gesa dan mengambil waktu yang cukup untuk menelusuri kondisi anak dan lingkungannya.
Perilaku yang tertanam kuat dalam diri anak akan muncul dengan mudah bahkan tanpa dukungan kondisi yang optimal. Namun, selama proses pendewasaan, kondisi yang mendukung sangat penting untuk membantu anak berkembang.
Pendekatan yang terstruktur dan konsisten akan memastikan respons efektif dan memperkuat perilaku positif anak.
Pujian yang diberikan dengan cara efektif akan memperkuat perilaku positif anak, menjadikannya lebih mungkin diulangi di kemudian hari.
Privilege atau hak khusus menambahkan kesenangan bagi anak sebagai respons positif. Dengan memberikan privilege yang direncanakan dan bermakna, orang tua dapat memperkuat perilaku positif tanpa menciptakan masalah baru dalam proses pembentukan perilaku anak.
Poin tersistematis adalah pengembangan dari pujian dan privilege, di mana setiap perilaku positif menghasilkan poin yang dapat ditukarkan dengan barang atau privilege. Sistem ini memberikan variasi dan meningkatkan motivasi anak, serta membuat program pembentukan perilaku lebih terstruktur dan kaya.
Kapan dan bagaimana respons diberikan sangat penting dalam memperkuat perilaku anak. Jika tidak diperhatikan, dampak respons terhadap perilaku anak bisa berkurang atau bahkan tidak terasa.
Simulasi memberikan anak pengalaman mendengarkan aba-aba dan mendapatkan respons positif dalam situasi non konflik, sehingga membantu pembentukan perilaku tanpa tekanan.
Memberikan respons terhadap perilaku anak adalah memberikan perhatian saat perilaku tersebut muncul. Mengabaikan adalah kebalikan dari memberikan respons, yaitu tidak memberikan perhatian terhadap perilaku tertentu. Membentuk perilaku anak adalah kemampuan untuk menentukan mana yang bisa diabaikan dan mana yang tidak bisa diabaikan.
Mengabaikan perilaku negatif anak bisa membuat proses melatih perilaku lebih efektif. Ada dua jenis perilaku negatif yang lebih baik diabaikan. Mengabaikan perilaku negatif yang tepat dapat membuat situasi lebih cepat terkendali dan membantu anak belajar menghormati keputusan orang tua.
Perilaku negatif anak adalah segala perilaku yang tidak diharapkan oleh orang tua. Setiap orang tua memiliki alasan tertentu untuk menilai apakah sebuah perilaku diharapkan atau tidak. Prinsip mendidik dan mendewasakan anak adalah membangun kedisiplinan secara bertahap dengan ketegasan yang terstruktur.
Perilaku negatif yang signifikan perlu mendapatkan perhatian untuk dihentikan dan tidak diulangi lagi oleh anak. Ada tiga bentuk respons yang bisa diterapkan, disebut 3T. Dengan melatih penerapan 3T secara terstruktur dan seimbang, orang tua bisa lebih efektif dalam menghadapi perilaku negatif anak tanpa melibatkan kekerasan atau ancaman.
Teguran sebagai respons awal terhadap perilaku negatif anak membantu meminimalkan konflik dan menunjukkan kematangan karakter anak dalam menerima peringatan. Jika teguran diikuti dengan baik, konflik bisa dicegah, dan konsekuensi lebih berat tidak diperlukan.
Sikap tidak kalah penting dari isi ucapan dalam melatih perilaku anak. Dengan sikap yang tepat, anak akan melihat orang tua sebagai pemimpin yang dihormati, bukan ditakuti atau diabaikan.
Teguran yang tidak efektif dapat membuat anak merasa orang tua "terlalu banyak menegur".
Time-out adalah teknik efektif untuk membantu anak belajar mengendalikan diri dan mengurangi intensitas emosi. Ini adalah keterampilan penting yang akan berguna seumur hidup. Dengan pendekatan yang tepat dan konsisten, time-out dapat membantu anak mengembangkan perilaku positif dan mengurangi perilaku negatif secara signifikan.
Ingatlah untuk selalu memberikan pujian spesifik setelah anak berhasil menjalani time-out, sebagai bagian dari prinsip keseimbangan dalam mendidik anak.
Penarikan privilege atau pemberian tugas tambahan sebagai respons terhadap perilaku negatif anak perlu dipikirkan dan direncanakan baik-baik. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa proses pendisiplinan anak tetap efektif tanpa merampas kebutuhan dasar anak atau memicu kemarahan yang berlebihan dari orang tua. Dengan demikian, anak dapat belajar bertanggung jawab atas tindakan dan pilihannya sendiri.
Pendekatan problem solving membantu mengatasi perilaku negatif anak dengan cara yang lebih positif dan konstruktif. Dengan memahami motif di balik perilaku anak, orang tua dapat membimbing anak menemukan solusi yang tepat, sehingga tercipta situasi win-win yang menguntungkan kedua belah pihak. Hal ini tidak hanya mengurangi konflik tetapi juga mengajarkan anak keterampilan penting dalam memecahkan masalah di masa depan.
Melatih perilaku anak membutuhkan kombinasi teknik yang tepat dan kemampuan orang tua untuk mengelola emosi mereka. Kemarahan adalah reaksi yang wajar, tetapi ekspresi kemarahan yang berlebihan dapat menghambat proses pelatihan perilaku anak. Dengan menyadari kemarahan dan mengelolanya dengan baik, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan perilaku positif pada anak.
Mekanisme kemarahan adalah rangkaian reaksi fisiologis dan psikologis yang terjadi dalam tubuh kita saat kita merasa marah. Ini penting dipahami karena dapat membantu kita mengelola emosi kita dengan lebih baik, termasuk dalam situasi pengasuhan anak.
Orang tua perlu mengenali tanda-tanda fisik dan fisiologis yang muncul saat merasa marah, sebagai sinyal bahwa time-out diperlukan. Melakukan time-out dimulai dari menyadari bahwa kita butuh untuk melakukannya.
Kepercayaan adalah modal dasar dalam mendidik dan membentuk perilaku anak. Kedekatan hubungan orang tua dan anak yang dilandasi oleh kepercayaan akan membuat proses pembentukan perilaku menjadi lebih efektif.
Lingkaran ketidakpercayaan antara orang tua dan anak bisa sangat merusak hubungan. Semakin anak merasa tidak dipercaya, semakin besar keinginan mereka untuk memberontak dan mengendalikan situasi.
Melepaskan kendali dari tangan orangtua tidak sama dengan menyerah atau membiarkan anak berbuat semaunya. Melainkan, ini adalah cara untuk memberikan anak kesempatan untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka dan menunjukkan apakah mereka bisa belajar dan tumbuh dari pengalaman mereka.
Banyak orang tua menganggap bahwa mengajarkan anak berarti menerapkan kendali yang kuat pada anak. Padahal, mengajarkan dan melatih anak bukan soal kegalakan orang tua, melainkan menerapkan sistem yang bisa diikuti oleh anak. Kendali terletak pada sistem, bukan pada kekuatan orang tua.
Mulailah melepaskan kendali. Seiring anak semakin besar, kebiasaan untuk menerapkan kendali harus semakin berkurang. Sebagai orang tua, Anda harus semakin bisa berelasi dengan mereka. Ada 8 bentuk tindakan yang bisa Anda lakukan untuk melepaskan kendali demi memperbaiki hubungan dengan anak remaja Anda.
Dengan menjaga atmosfer keluarga tetap positif, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara optimal. Atmosfer yang dekat, otentik, dan aman tidak hanya memudahkan proses pengasuhan tetapi juga memperkuat hubungan dan kepercayaan dalam keluarga, menghasilkan individu yang bahagia dan bertanggung jawab.
Anda bisa membangun atmosfer keluarga yang positif, di mana kedekatan, otentisitas, dan rasa aman akan berkembang dan memperkuat hubungan serta kepercayaan dalam keluarga. Ini akan sangat membantu dalam mendidik dan membesarkan anak dengan penuh kasih sayang dan dukungan.